UANG kepeng atau pis bolong pernah menjadi alat transaksi di Bali pada masa lampau. Bentuknya bulat pipih dan pada bagian tengahnya berlobang. Pada kedua permukaannya berisi tulisan huruf Cina. Di Bali, uang kepeng ini masih memiliki arti dan fungsi untuk masyarakat Hindu Bali. Berbagai sarana upacara masih memanfaatkannya, serta dimanfaatkan pula untuk membuat benda-benda cenderamata untuk kepentingan pariwisata.
Arti uang kepeng dalam upacara, antara lain, bahan uang kepeng mengandung unsur- unsur Pancadatu. Unsur- unsur Pancadatu adalah tembaga, timah, besi, perak dan emas. Uang
kepeng dari segi bentuknya merupakan lambang daripada windu (bulatan). Pada zaman dahulu satuan uang kepeng merupakan satuan bilangan yang terkecil sehingga paling mudah untuk menentukan jumlah satuan. Masing- masing bilangan dari 1 sampai 9 mengandung arti simbolis: urip. Sesuai dengan urip pengider- ideran. Dipergunakan pada waktu orang melakukan upacara pemegatan dalam upacara kematian dan upacara perceraian.
kepeng dari segi bentuknya merupakan lambang daripada windu (bulatan). Pada zaman dahulu satuan uang kepeng merupakan satuan bilangan yang terkecil sehingga paling mudah untuk menentukan jumlah satuan. Masing- masing bilangan dari 1 sampai 9 mengandung arti simbolis: urip. Sesuai dengan urip pengider- ideran. Dipergunakan pada waktu orang melakukan upacara pemegatan dalam upacara kematian dan upacara perceraian.
Sedangkan fungsi uang kepeng dipergunakan sebagai sarana untuk melengkapi upakara Panca Yadnya, misalnya dalam banten, dalam buah lis, orti, dan sebagainya. Di samping itu juga berfungsi sebagai sesari. Dapat juga berfungsi sebagai alat- alat upakara, seperti : lamak tamiang, salang, payung pagut, panyeneng.
Beberapa para ahli dibidang benda-benda purbakala meyakini bahwa uang kepeng berasal dari negeri Cina. Salah satunya adalah pendapat dari F.A. Liefrinch yang menyebutkan uang kepeng sebagai Chinese coins. Pendapat ini didasari karena pada kedua permukaan uang kepeng tersebut berisi tulisan huruf Cina.
Menurut cerita pada masa lampau, ada seorang musafir dari dari Cina yang bernama Fa Hien pergi berlayar menuju ke tanah Hindu yaitu India dan Srilangka. Setelah beberapa lama berada di sana, ia kemudian kembali ke negeri asalnya sekitar 414 Masehi. Namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya diserang badai dan mengalami kerusakan. Kapal tersebut kemudian terdampar di sebuah pulau yang kemudian dikenal sebagai Ya-wa-di. Konon yang dimaksud dengan Ya-wa-di adalah Jawa Dwipa atau Pulau Jawa. Ada kemungkinan pada masa itu uang kepeng sudah mulai diperkenalkan di sana.
Namun ada para ahli yang berpendapat bahwa uang kepeng dikenal di Indonesia pada masa kerajaan di Nusantara menjalin hubungan dagang dengan negeri Cina. Seperti diketahui bahwa bangsa Cina memang terkenal sebagai bangsa pedagang sejak zaman dulu. Pada masa itu mereka sudah melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa di belahan dunia lain, baik lewat darat maupun lewat lautan. Bukti adanya hubungan dagang antara negeri Cina dengan raja-raja di Pulau Jawa dapat dibuktikan dengan ditemukannya uang kepeng dalam jumlah yang cukup banyak di beberapa kota seperti Pati, Kudus, Batang, Kendal, Cilacap, Temanggung, Purworejo, Blora, yang secara geografis kebanyakan terletak di pesisir pantai. R. Gorris, seorang sejarawan dari Belanda yang lama tinggal di Sanglah, Denpasar, menyatakan bahwa uang kepeng sudah dikenal di Bali sekitar 882 Masehi.
Bagi sebagian masyarakat Hindu Bali, uang kepeng jenis tertentu diyakini memiliki kekuatan gaib atau magis. Menurut Koentjoroningrat, kemampuan manusia untuk menghadapi hidup ini memang dilandasi oleh naluri dan ilmu pengetahuan. Namun terkadang semua itu tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara tuntas dengan cara rasional. Untuk itu mereka kemudian menyiasatinya dengan cara yang irasional yakni dengan ilmu gaib atau magis. Dikatakan juga bahwa ilmu gaib yang dimaksud adalah cara-cara manusia untuk mempengaruhi alam dalam usahanya untuk mencapai tujuan.
Adanya usaha manusia yang sedemikian itu pada akhirnya memunculkan benda-benda yang memiliki kekuatan gaib, salah satunya adalah dalam bentuk uang kepeng. Tentunya uang kepeng jenis ini memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh uang kepeng biasa. Kalau uang kepeng biasa pada umumnya pada dua sisinya berisi tulisan Cina, namun pada uang kepeng gaib pada salah satu sisinya akan berisi rerajahan atau gambar tertentu di antaranya gambar Arjuna, Bima, Kresna, Panca Pandawa, Tualen, Sangut, Hanoman, Kuda, Jaring, sampai Bulan Sabit.
Uang kepeng yang berisi rerajahan itu pada umumnya memiliki kekuatan sesuai dengan gambar yang terdapat pada salah satu sisi dari uang kepeng tersebut. Kekuatan gaibnya akan muncul kalau si pemilik atau pembawa uang kepeng tersebut yakin akan hal itu. Beberapa selentingan memang terdengar santer di masyarakat bahwa kekuatan gaib uang kepeng memang sangat dahsyat. Seseorang yang menjuarai lomba lari jarak jauh digosipkan memiliki uang kepeng bergambar kuda atau lebih dikenal dengan pis jaran. Seorang pemuda yang wajahnya tidak begitu menjanjikan tiba-tiba menikah dengan seorang gadis secantik bidadari, kemudian diisukan punya pis Rejuna.
0 komentar:
Posting Komentar